Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas tinggi, akan memiliki risiko kerugian lebih tinggi. Setiap perusahaan memerlukan dana yang cukup untuk memulai sampai tahap pengembangan bisnis.
Jika terjadi hal yang tidak sesuai, Anda dapat melakukan analisa cepat yaitu quick ratio, dimana Anda dapat memperoleh angka kemampuan dalam membayar kewajiban jangka pendek.
Agar terus dapat menjalankan bisnis dengan baik, ada kalanya sebuah perusahaan memaksimalkan solusi dengan hutang.
Table of Contents
Bicara tentang arus dana dalam perusahaan, Anda sebagai pemilik bisnis tentunya ingin memiliki sistem cash flow yang tepat bagi perusahaan. Namun untuk mencapai hal tersebut bukanlah hal yang mudah, kebutuhan perusahaan akan keberadaan dana tidak akan pernah ada habisnya sehingga pada beberapa kasus, perusahaan memaksimalkan hutang.
Untuk mengetahui besarnya hutang yang dimiliki oleh perusahaan dan perbandingan dengan total aktivanya, Anda bisa menggunakan rasio solvabilitas. Rasio ini akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya, baik untuk jangka panjang atau jangka pendek.
Mungkin Anda juga perlu mengetahui rasio lainnya yang dapat membantu mengukur kewajiban Anda seperti quick ratio, current ratio, dan lainnya. Namun, kali ini akan membahas mengenai rasio solvabilitas untuk pengembangan perusahaan.
Perusahaan memiliki sebuah kewajiban yang harus dibayarkan kepada pihak lainnya dalam jangka waktu tertentu akibat transaksi yang pernah terjadi di masa lalu. Jumlah hutang perusahaan erat kaitannya dengan solvabilitas, sebagai kemampuan dalam memenuhi segala kewajibannya, yaitu hutang-hutang yang harus dibayarkan.
Rasio solvabilitas merupakan perbandingan antara besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan dengan banyaknya hutang yang harus ditanggung dan dibayarkan. Dari rasio solvabilitas tersebut, Anda bisa mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi hutangnya jika perusahaan tersebut harus dilikuidasi.
Baca Juga : Rasio Likuiditas: Penjelasan dan Kegunaannya dalam Perusahaan
Rasio solvabilitas terdiri dari tiga macam. Berikut ini penjelasan mengenai ketiga jenis rasio solvabilitas tersebut beserta cara menghitungnya.
Debt to Asset Ratio atau rasio hutang terhadap aktiva merupakan rasio solvabilitas yang digunakan untuk membandingkan besarnya aktiva perusahaan dengan jumlah hutang secara total.
Dengan cara ini, Anda bisa mengetahui seberapa jauh hutang perusahaan yang dapat mempengaruhi pengelolaan aktiva yang ada. Untuk menghitungnya, Anda dapat membagi total hutang yang ada dengan jumlah aktiva dan dikalikan dengan 100%. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
Debt to Asset Ratio = (Total Hutang Perusahaan: Total Aktiva) x 100%
Dengan nilai rasio 50% itu berarti, kreditor akan mendanai perusahaan sebesar 50% dari total aset yang dimiliki. Semakin tinggi nilai rasio, maka hutang yang dimiliki perusahaan akan banyak sehingga akan mengakibatkan semakin besar tanggungan perusahaan yang harus dipenuhi kepada pihak kreditor.
Debt to Equity Ratio atau rasio hutang terhadap ekuitas merupakan rasio solvabilitas untuk mengetahui perbandingan yang menunjukkan total utang dengan ekuitas (modal bersih) yang dimiliki perusahaan setelah membayarkan semua kewajibannya.
Untuk menghitungnya dapat dilakukan dengan membagikan jumlah hutang dengan besarnya ekuitas yang dimiliki perusahaan kemudian dikalikan 100%. Rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio = (Total Hutang Perusahaan : Total Ekuitas) x 100%
[elementor-template id="26379"]
Pada dasarnya, jenis aktiva terbagi menjadi dua yaitu Aktiva Berwujud (Tangible Assets) dan Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets). Rasio ini merupakan rasio solvabilitas yang dapat digunakan untuk mengetahui perbandingan antara hutang jangka panjang yang ditanggung oleh sebuah perusahaan dengan aktiva tetap berwujud.
Untuk menghitung rasio solvabilitasnya, dapat dilakukan dengan menemukan besarnya setiap nilai dari aktiva berwujud yang dimiliki perusahaan untuk membiayai hutang jangka panjang.
Pada umumnya, hasil perbandingan harus 1 : 1, yang berarti setiap satu rupiah hutang jangka panjang dapat dibiayai dengan satu rupiah dari aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk menghitungnya dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Tangible assets debt coverage = aktiva tetap berwujud : hutang jangka panjang
Dengan demikian, jika nilai pada rasio aktiva tetap berwujud lebih tinggi, maka akan semakin membuka peluang bagi perusahaan untuk mencari pinjaman baru. Namun sebaliknya, jika rasio pada hutang jangka panjang yang lebih tinggi maka menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki perusahaan tidak cukup untuk menjamin semua hutang jangka panjang. Hal ini akan menyulitkan perusahaan untuk mencari pinjaman baru.
Sebagai pebisnis di era jaman teknologi, Anda semakin dipermudah dengan sistem seperti Harmony Accounting Software dimana Anda dapat menerima langsung hasil perhitungan berbagai rasio yang dibutuhkan oleh perusahaan dengan cepat tanpa perlu memikirkan rumus.
Harmony adalah software akuntansi online yang dapat membantu Anda dalam mengelola pembukuan bisnis dengan fitur yang lengkap dan mudah digunakan walaupun Anda tidak memiliki background akuntansi sekalipun. Anda dapat menggunakan Harmony secara GRATIS 30 Hari dengan mendaftar disini.