Seiring dengan perkembangan teknologi, Indonesia juga telah mengalami perkembangan sistem ekonomi yang konsisten selama beberapa tahun belakangan ini.
Hal ini disebabkan oleh jumlah masyarakat yang semakin bertambah dan daya beli yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya elastisitas pendapatan mereka.
Memang masyarakat Indonesia dikenal dengan perilaku konsumtifnya, apalagi dengan shopper yang suka berbelanja baik di online atau ritel.
Shopper dengan distribusi pendapatan di bawah UMR tentunya paham betul dengan situasi ekonomi sendiri. Meskipun demikian, mereka tetap kembali berbelanja brand favorit mereka entah itu pakaian, makanan, gadget, skin care atau make up, inilah contoh perilaku konsumtif.
Table of Contents
Konsumen Indonesia banyak membeli produk lokal karena kualitasnya tidak kalah saing dengan brand luar negeri. Tapi, brand multinasional kerap menempati posisi teratas karena menggapai konsumen secara luas baik melalui minimarket atau toko ritel dengan strategi lokalisasi.
Dapat dikatakan UMKM atau pengusaha lokal berhasil menciptakan siklus permintaan yang cepat dan tingginya permintaan barang. Semua sudah lebih mudah untuk dicari karena adanya teknologi yang digunakan.
Jadi, banyak shopper yang sudah memiliki akses bisa mendapatkan brand favorit mereka dengan mudah. Berikut ini terdapat beberapa ciri yang menjadi alasan mengapa perilaku konsumtif di Indonesia tinggi:
Tentunya hampir semua orang tahu bahwa masyarakat Indonesia suka berada di dalam kelompok, baik itu lingkungan tempat tinggal, pertemanan hingga komunitas tertentu. Ini akan memudahkan bagi anggota kelompok untuk mempengaruhi satu sama lain apalagi jika menyangkut membeli sesuatu. Biasanya suasananya heboh apalagi jika menyangkut review barang.
Mereka cenderung mendengarkan review bagus dan akhirnya mencoba membeli. Tak hanya itu, jika ada sosok superior di dalam kelompok dan membeli sesuatu, maka biasanya anggota lainnya juga ikut membeli. Gengsi inilah yang menyebabkan tingkat konsumtif di Indonesia ikut naik.
Baca Juga: Memahami Apa Itu Elastisitas Pendapatan Dan Contohnya
Saat berbelanja, shopper cenderung tidak mempertimbangkan hal tersebut secara jangka panjang dan langsung transaksi demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Perilaku konsumtif adalah shopper yang menyukai diskon dan promosi untuk jenis produk yang sebenarnya mereka tidak terlalu membutuhkannya.
Faktor perilaku konsumtif inilah yang harus dirubah. Apalagi mengingat kesadaran jangka panjang seperti melakukan asuransi dan investasi justru angkanya lebih kecil.
Prestise inilah yang menjadi salah satu faktor utama saat membeli produk. Tidak hanya kalangan masyarakat kelas atas saja, namun masyarakat menengah juga membeli barang-barang branded. Sikap perilaku konsumtif adalah berupa pujian dan prestise yang didapatkan akan memberi kesenangan tersendiri bagi shopper.
[elementor-template id="26379"]
Anak muda jaman sekarang memang lebih cepat jika beradaptasi dengan teknologi seperti penggunaan gadget, fintech hingga app. Kemampuan ini memudahkan shopper dalam melakukan transaksi di e-commerce dan membeli produk atau jasa di toko offline dengan aplikasi e-wallet.
Dengan banyaknya promosi yang ditawarkan e-wallet maka semakin mendorong banyaknya transaksi yang dilakukan shopper.
Inilah alasan influencer marketing banyak digunakan oleh brand karena faktor perilaku konsumtif shopper yang cenderung membeli apa yang influencer mereka ikuti beli atau pakai.
Tak hanya influencer saja, namun contoh perilaku konsumtif lainnya berasal dari fans artis Hollywood dan K-pop yang mereka sukai karena faktor suka dengan idolanya.
Itulah tadi beberapa faktor perilaku konsumtif beserta contoh perilaku konsumtif tersebut. Sangat disarankan agar Anda tetap berbelanja sesuai kebutuhan dan memberikan ruang untuk efisiensi uang.
Dari sisi pebisnis, perilaku konsumtif disambut baik, karena dengan begitu permintaan konsumen akan terus meningkat. Namun, jika dari segi konsumen, Anda perlu pertimbangkan dengan baik anggaran bulanan dan produk barang atau jasa sebelum membeli.
Terlebih lagi, saat ini perilaku konsumtif adalah salah satu hal yang bisa memicu kecanduan atau ketagihan belanja (shopaholic). Boleh saja, asal dibarengi dengan manajemen keuangan yang baik.
Untuk memudahkan Anda mengelola keuangan dan anggaran usaha, manfaatkan Software Akuntansi Online dari Harmony. Pencatatan transaksi pengeluaran dan pemasukan bisa dilakukan secara sistematis, rapi, dan modern, berbasis Cloud. Anda bisa lebih mudah mengatur dan mengelola keuangan tanpa ribet dan lebih praktis.
Yuk, buruan coba Aplikasi Harmony secara GRATIS dalam 30 hari Trial melalui tautan berikut. Dapatkan info aktivitas terupdate dan detail fitur-fitur Aplikasi Harmony selengkapnya dengan follow akun Facebook, Instagram dan LinkedIn Harmony.