Rasio keuangan biasanya menggunakan data keuangan yang telah ada sebagai dasar perbandingan dari tahun ke tahun. Data tahun lalu dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang pada masa yang akan datang (tahun berikutnya). Pengukuran rasio keuangan terdiri dari empat bagian, yaitu rasio keuangan likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Dalam artikel ini Anda akan mudah pahami tentang rasio profitabilitas.
Table of Contents
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi. Hal ini juga bisa digunakan untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya. Pertumbuhan profitabilitas ini ditandai dengan perubahan profit margin on sales. Dengan tingkat profitabilitas yang tinggi berarti perusahaan akan beroperasi pada tingkat biaya rendah yang akhirnya akan menghasilkan laba yang tinggi.
Dengan rasio profitabilitas, Anda dapat menilai perbandingan dari tahun ke tahun sehingga terarah dan terukur.
Margin laba kotor atau disebut Gross Profit Margin bagian dari rasio profitabilitas memiliki tujuan untuk mengukur seberapa efisienkah usaha yang dilakukan manajemen dalam menekan HPP (harga pokok penjualan atau pembelian).
Adapun cara menghitungnya dengan adanya persentase dari penjualan dikurangi harga pokok penjualan dikenal dengan istilah laba kotor dengan total penjualan. Semakin tinggi margin laba kotor, maka semakin baik dan secara relative semakin rendah harga pokok barang yang dijual.
Gross Profit Margin = (Laba Kotor/ Total Penjualan) x 100%
Contoh :
PT Pasti Makmur memiliki laporan per 31 Desember 2019 diketahui sebagai berikut:
Penjualan = Rp. 500.000.000,-
HPP = Rp. 350.000.000,-
Jawaban :
A. Menghitung Laba Kotor (Gross Profit)
Laba Kotor = Pendapatan Penjualan – Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor = Rp. 500.000.000 – Rp. 350.000.000
Laba Kotor = Rp. 150.000.000,-
B. Menghitung Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Marjin Laba Kotor = Laba Kotor / Pendapatan Penjualan
Gross Profit Margin = Rp. 150.000.000,- / Rp. 500.000.000,-
Gross Profit Margin = 30%
Margin laba bersih atau disebut Net Profit Margin rasio profitabilitas memiliki tujuan mengukur sejauh mana selisih antara laba bersih dengan penjualan yang dihasilkan.
Cara menghitungnya dengan adanya persentase dari setiap dari setiap hasil penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran, termasuk bunga dan pajak dikenal dengan istilah laba bersih dengan total penjualan.
Net Profit Margin = (Laba Bersih setelah Pajak/ Total Penjualan) x 100%
Contoh :
Berapa net profit margin, jika diketahui ?
Penjualan = Rp. 500.000.000,-
HPP = Rp. 350.000.000,-
Biaya dll setelah pajak = Rp. 100.000.000,-
Jawaban :
A. Menghitung Laba Bersih Setelah Pajak (Net Profit)
Laba Bersih = Penjualan – HPP - Biaya, pengeluaran, bunga dan pajak
Laba Bersih = Rp. 500.000.000 – Rp. 350.000.000 – Rp. 100.000.000
Laba Bersih = Rp. 50.000.000,-
B. Menghitung Marjin Laba Bersih Setelah Pajak (Net Profit Margin)
Marjin Laba Bersih = Laba Bersih / Pendapatan Penjualan
Net Profit Margin = Rp. 50.000.000,- / Rp. 500.000.000
Net Profit Margin = 10%
Marjin Laba Operasional atau disebut juga operating profit margin, rasio profitabilitas ini menampilkan keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya produksi seperti upah pekerja, bahan baku, dan lain-lain sebelum dikurangi pajak dan bunga.
Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan yang juga disebut margin operasional (operating margin) atau Margin pendapatan operasional (operating income margin).
OPM = (Laba Bersih sebelum Pajak/ Total Penjualan) x 100%
Contoh:
Berapa operating profit margin, jika diketahui ?
Penjualan = Rp. 500.000.000,-
HPP = Rp. 350.000.000,-
Biaya, pengeluaran (sebelum pajak) = Rp. 50.000.000,-
Jawaban :
A. Menghitung Laba Bersih Sebelum Pajak (Operating Profit)
Laba Bersih = Penjualan – HPP – Biaya dll (sebelum pajak)
Laba Bersih = Rp. 500.000.000 – Rp. 350.000.000 – Rp. 50.000.000
Laba Bersih = Rp. 100.000.000,-
B. Menghitung Margin Laba Bersih Sebelum Pajak (Operating Profit Margin)
Marjin Laba Bersih = Laba Bersih / Pendapatan Penjualan
Operating Profit Margin = Rp. 100.000.000,- / Rp. 500.000.000
Operating Profit Margin = 20%
Pengembalian asset atau disebut Return on Asset memiliki tujuan seberapa jauh pengembalian yang dihasilkan sehingga bisa terlihat efektivitas manajemen dalam mengelola aset.
Cara menghitungnya dengan adanya persentase laba bersih setelah pajak dengan total aset.
ROA = (Laba Bersih setelah Pajak/ Total Aktiva) x 100%
Contoh :
Cara menghitung Return On Asset, jika diketahui
Laba Bersih Setelah Pajak = Rp. 50.000.000,-
Total Aktiva = Rp. 1.500.000.000,-
Jawaban :
Menghitung Return On Asset
ROA = (Laba Bersih setelah Pajak/ Total Aktiva) x 100%
ROA = (Rp. 50.000.000 / 1.500.000.000) x 100 %
ROA = 3,34 %
Pengembalian Modal Sendiri disebut juga dengan istilah Return on Equity diukur dengan adanya persentase laba bersih setelah pajak dengan total modal baik pemegang saham preferen dan saham biasa atas investasi di perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
ROE = (Laba Bersih setalah Pajak/ Total Equity) x 100%
Contoh:
Cara menghitung Return On Equity, jika diketahui
Laba Bersih Setelah Pajak = Rp. 50.000.000,-
Total Equity (Modal) = Rp. 5.000.000.000,-
Jawaban :
Menghitung Return On Equity
ROE = (Laba Bersih setelah Pajak/ Total Equity) x 100%
ROE = (Rp. 50.000.000 / 5.000.000.000) x 100 %
ROE = 1 %
Laba bersih per saham atau yang sering kita sebut dengan earning per share adalah pembagian antara laba bersih yang didapatkan oleh perusahaan di periode tertentu dengan jumlah saham yang beredar.
Cara menghitungnya dengan laba bersih setelah pajak dikurangi dividen saham preferen dibagi jumlah saham yang beredar. Manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat memperhatikan earning per share karena menjadi indikator keberhasilan perusahaan. Rumus earning per share sebagai berikut.
EPS = Laba Bersih Setelah Pajak - Dividen Saham Preferen / Jumlah Saham Biasa yang Beredar.
Contoh :
Cara menghitung earning per share, jika diketahui
Laba Bersih Setelah Pajak = Rp. 50.000.000,-
Dividen Saham = Rp. 20.000.000,-
Jumlah lembar saham 10.000,- lembar
Jawaban :
Menghitung Earning Per Share
EPS = Laba Bersih - Dividen / Jumlah Saham
EPS = (Rp. 50.000.000 – 20.000.000)/ 10.000)
EPS = Rp. 30.000.000 /10.000
EPS = Rp. 3.000 / Lembar.
Rasio profitabilitas ini sangat dibutuhkan oleh perusahaan karena berkaitan untuk memperhitungkan tingkat keuntungan perusahaan pada setiap tahunnya. Untuk memperoleh perhitungan rasio profitabilitas secara tepat dan akurat serta pengelolaan rasio-rasio keuangan lainnya, Anda dapat menggunakan software akuntansi seperti Harmony. Selain dapat membantu menghitung rasio Harmony juga menyediakan laporan persediaan produk, menyediakan 20 lebih laporan keuangan real time yang bisa membantu Anda dalam menganalisa keuangan perusahaan.
Harmony merupakan software akuntansi praktis, mudah digunakan, dan sudah membantu ribuan pemilik bisnis dalam membereskan pembukuan walau tanpa memiliki background sebagai keuangan atau akuntan. Yuk, Coba GRATIS 30 hari Software Harmony klik disini.