Harmony » Blog » 

Biaya Historis (Historical Cost) VS Fair Value, Apa Perbedaan Keduanya Dalam Pembukuan?

Fina Pratiwi
/
Diupdate 
Mei 5, 2021

Tahukah Anda istilah biaya historis dalam dasar prinsip akuntansi? Nah secara umum biaya historis ini berlaku dan dipakai dalam laporan keuangan dan termasuk prinsip yang berlaku umum (GAAP).

Di mana biaya historis atau historical cost adalah sebuah nilai historis yang menggunakan harga pada saat terjadinya transaksi dan menganggap bahwa harga tersebut tetap akan stabil.

Maka dari itulah dalam menyusun laporan keuangan secara prinsip biaya historis dikatakan kurang mampu menjelaskan keadaan sebenarnya, karena perubahan daya beli tersebut mempengaruhi laporan keuangan sehingga menyebabkan ketidaktelitian dan ketidakakuratan.

Dengan adanya kekurangan dari historical cost, maka muncul pengukuran fair value yang dianggap untuk mengatasi biaya historis.Click to Tweet

Di sisi lain prinsip laporan keuangan juga bisa menggunakan pengukuran nilai wajar atau yang biasa disebut fair value adalah harga yang diterima untuk menjual sebuah aset, maupun harga yang dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam sebuah transaksi antar pelaku pasar serta pada tanggal pengukuran.

Namun untuk mengambil suatu keputusan fair value adalah sebuah hal yang tidak sepenuhnya berguna bagi laporan keuangan karena tidak memiliki reliabilitas. 

Sedangkan dalam biaya historis laporan keuangan tersebut akan dipandang sebagai pengurangan kualitas secara relevansi. Lalu harus memilih yang mana? Agar mengetahui perbedaan dari kedua hal lebih lanjut sebaiknya ikuti ulasannya di bawah ini.

Mengenal Istilah Biaya Historis (Historical Cost) dan Fair Value

Pada dasar akuntansi, biaya historis atau historical cost adalah nilai suatu aset yang mengacu pada harga beli maupun nilai moneter secara real. Hal ini secara tidak langsung juga akan mempengaruhi debit dan kredit dalam pembukuan dengan menggunakan pencatatan biaya historisnya.

Apa Itu Biaya Historis

Sedangkan istilah fair value adalah nilai wajar yang disebut sebagai harga yang akan diterima dalam menjual suatu aset, ataupun harga yang dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas secara transaksi antara pelaku pasar dengan tanggal pengukurannya.

Oleh karena itu konsep ini juga berkaitan dengan prinsip biaya yang mencatat harga perolehan dari aset, utang, modal, dan biaya. Di sisi lain harga perolehan ini dimaksudkan harga dari pertukaran barang dengan uang yang disetujui oleh kedua belah pihak dalam transaksi.

Pengukuran historical cost ini sangat mudah untuk memperoleh harga suatu aset secara real, apabila pencatatan ini disimpan. 

Adapun pencatatan tersebut didapat dari penjualan, perdagangan, hingga pembelian yang digunakan untuk menentukan biaya historis dalam suatu aset.

Akan tetapi historical cost adalah suatu biaya yang belum tentu dapat mencerminkan biaya sebenarnya dibandingkan dengan pengukuran nilai wajar suatu aset.

Tentunya akan terjadi penyimpangan nilai aset dalam biaya historis terhadap harga pembelian secara aslinya bisa dilihat dari waktu ke waktu, contohnya seseorang menjual gedung perkantoran senilai Rp 500.000.000. Akan tetapi setelah penjualan tersebut sudah lewat dari 15 tahun yang lalu, maka di pasaran gedung perkantoran ini menjadi senilai Rp1.200.000.000.

Point Penting Dalam Biaya Historis

  • Biaya historis dalam suatu aset akan mengacu pada harga beli atau nilai moneter aslinya.
  • Untuk dasar prinsip biaya historis, transaksi bisnis akan cenderung mencatat biaya perolehan aslinya
  • Prinsip biaya historis juga memperhitungkan dan mencatat semua aset perusahaan dengan harga/biaya asli maupun harga pembelian yang tercatat di neraca, serta berlaku juga untuk pencatatan pada kewajiban.

Baca Juga: Pengertian Chart Of Account Dan Jenis-Jenisnya Dalam Perusahaan

Seperti Apa Prinsip Biaya Historis?

Penerapan prinsip biaya historis ini juga berdampak pada jalannya siklus akuntansi, contohnya dalam pembuatan laporan keuangan.

Prinsip biaya historis yang digunakan oleh perusahaan harus dapat mencatat dan memperhitungkan semua aset dengan harga pembelian atau biaya secara real di neraca.

Di mana prinsip ini ternyata tidak mencerminkan penyesuaian harga yang secara fluktuasi di pasar, sehingga akibatnya ada perubahan akibat fluktuasi inflasi. 

Maka dari itu prinsip biaya historis ini juga merupakan dasar dari trade-off yang secara berkelanjutan sebagai keandalan dan kegunaan pada suatu aset.

Sementara itu tanpa adanya penyesuaian pun, biaya historis dalam suatu aset dapat diandalkan, walaupun tidak sepenuhnya berguna untuk jangka panjang. 

Contohnya jika perusahaan telah membeli gedung perkantoran seharga Rp 500.000.000 saat 15 tahun yang lalu, maka prinsip ini tidak dapat memberikan gambaran secara umum mengenai nilai wajar aset saat ini.

Sebagai kesimpulannya, nilai wajar aset dalam pasar akan terbukti lebih bermanfaat, akan tetapi nilai wajar ini hanya bisa diasumsikan sebagai subjektif saja. 

Sedangkan dalam prinsip biaya historis mengandalkan sifat yang secara obyektif, selain itu prinsip ini juga berlaku pada kewajiban.

[elementor-template id="26379"]

Bagaimana Cara Menyesuaikan Biaya Historis?

Berdasarkan prinsip akuntansi konservatif, aset yang dicatat dalam biaya historis memang harus disesuaikan dan diperhitungkan sesuai pemakaiannya.

Prinsip Biaya Historis

Maka untuk setiap aset tetap yang berjangka panjang pastinya akan memiliki biaya penyusutan, di mana biaya ini digunakan sebagai perhitungan atas pengurangan nilai asetnya berdasarkan masa manfaat.

Cara lainnya dalam menetapkan historical cost ke dalam suatu aset berbeda-beda yaitu adanya biaya penyesuaian inflasi atau biaya penggantiannya. 

Di mana biaya penggantian adalah sebuah nilai yang akan dibayar untuk memperoleh aset serupa. Sedangkan biaya penyesuaian inflasi adalah penyesuaian ke atas atau positif melalui biaya akuisisi aset saat terjadinya pembelian.

Adapun beberapa aset yang harus dicatat ke dalam neraca yaitu menggunakan nilai wajar dalam harga pasarnya, di mana aset jangka pendek ini terdapat pada aset lancar di neraca. Misalnya aset lancar adalah sebuah investasi yang dapat dipasarkan, harga pasar dalam suatu aset ini dicatat untuk menunjukkan nilai yang lebih akurat dari apa yang akan diterima perusahaan apabila aset tersebut telah dijual.

Nah, seperti itulah pembahasan bagaimana historical cost dengan nilai wajar pada pembukuan, yang mana prinsip biaya ini dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan serta berkaitan dengan pengambilan suatu keputusan.

Maka dari itu melalui artikel ini diharapkan Anda dapat mengetahui poin penting dalam penerapan historical cost, di mana biaya ini memiliki prinsip pengukuran biaya secara real terjadinya transaksi.

Apabila Anda ingin menyusun laporan keuangan secara mudah dan mendapatkan nilai yang akurat sesuai standar akuntansi terbaru, maka Anda bisa memakai software pembukuan Harmony. 

Fitur lainnya yang bisa digunakan seperti pemantauan stok, pembuatan invoice otomatis, rekonsiliasi bank transaksi secara otomatis, penghitungan aset, dan keuangan usaha yang mudah dikelola karena terdapat 20 lebih laporan keuangan secara real time.

Yuk, coba gunakan Harmony GRATIS 30 hari di sini. Dapatkan juga update informasi dari Harmony dengan mengikuti media sosialnya di Facebook, Instagram, dan LinkedIn.

trial harmony
Pembukuan Lebih Mudah!
Coba Gratis 30 Hari dan Rasakan Perbedaannya!
COBA GRATIS
Anda juga mungkin suka:
Fina Pratiwi
Fina Pratiwi adalah seorang ahli strategi keuangan dengan lebih dari 5 tahun pengalaman dalam industri keuangan. Dia memegang gelar dalam bidang Keuangan dan dikenal karena kemampuannya untuk menyederhanakan konsep keuangan yang kompleks menjadi sesuatu yang mudah dipahami. Fina percaya bahwa pemahaman yang baik tentang manajemen keuangan adalah kunci sukses bisnis. Dengan pengetahuannya yang luas, dia berdedikasi untuk membantu bisnis memahami dan memanfaatkan software Harmony untuk mencapai tujuan keuangan mereka.
chevron-down
Scan the code
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram